KASIH SAYANG
Sesungguhnya orang-orang yang
beriman dan beramal saleh, kelak Allâh Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam
(hati) mereka rasa kasih sayang.”
(Q.S. Maryam [19] : 96)
Kasih sayang adalah salah satu sifat yang
dicintai oleh Allâh Azza wa Jalla. Jika sifat kasih sayang itu melekat
pada diri seorang muslim, niscaya Allâh juga sangat mencintainya. Karena ketika
hati telah tersentuh oleh sifat kasih sayang ini, hatinya akan menjadi lembut
dan dapat mengenal, memuliakan, dan mengagungkan-Nya. Disamping itu, juga tahu
bahwa Allâh Maha Pengasih dan juga Maha Penyayang, sehingga dengan hati yang
lembut itu akan menyebut asma-Nya, mengagungkan-Nya, taat, dan tunduk
kepada-Nya, dan akhirnya mengasihi dan menyayangi makhluk ciptakan Allâh Azza
wa Jalla.
Dalam sebuah riwayat, suatu ketika Nabi Muhammad shalallâhu
alaihi wa sallam mencium cucu beliau Hasan bin Ali radhiyallâhu ‘anh
dan disaaat itu disisi Nabi ada Aqra’ bin Habis yang kemudian berkata kepada
Nabi, “Aku mempunyai 10 anak, dan belum pernah aku menciumnya.” Kemudian
Nabi pun bersabda, “Orang yang tidak memiliki kasih sayang tidak akan dikasih
sayangi.” (H.R. Bukhari Muslim) Dalam riwayat lain disebutkan, “Orang yang
tidak memiliki kasih sayang kepada sesama manusia, tidak dikasihi Allâh.”(H.R.
Bukhari)
Orang yang tidak memiliki kasih sayang kepada
para hamba Allâh, maka Allâh tidak akan memberikan kasih sayang kepadanya. Hal
tersebut dapat juga diartikan bahwa orang yang senantiasa berkasih sayang
kepada sesama hamba Allâh, Allâh akan mencurahkan kasih sayang-Nya kepadanya.
Rasulullah bersabda, “Orang-orang yang memiliki kasih sayang, akan
mendapatkan curahan kasih sayang dari Dzat yang Maha Rahman.” (H.R. Abu
Dawud, Turmidzi, dan Ahmad).
Hadits tersebut diatas memberikan petunjuk bahwa
Allâh menurunkan sifat sifat saling mengasihi dan saling menyayangi kepada
setiap manusia, sehingga dapat mengasihi dan menyayangi orang lain. Dengan
sebab kasih sayang inilah Allâh kemudian selanjutnya mencurahkan kasih dan
sayang-Nya kepadanya.
Orang yang tidak suka mengasihi orang lain, maka
Allâh tidak akan mengasihinya. Atau orang yang tidak suka berbuat baik kepada
sesama, maka tidak akan ada balasan kebaikan dari Allâh Yang Maha Rahman dan
Maha Rahim. Allâh berfirman, “Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan
(pula).” (Q.S. al-Rahmân [55]:60).
Atau orang yang tidak mempunyai keimanan, kelak
di akhirat tidak akan mendapatkan kasih sayang. Atau orang yang tidak mengasihi
dan juga tidak menyayangi dirinya sendiri dengan menjalankan perintah dan
meninggalkan larangan Allâh, maka Allâh tidak akan tidak akan mengasihi dan
tidak akan menyayanginya. Oleh karena itulah, diri kita sendiri sudah
sepantasnya dan sudah seharusnya untuk senantiasa memotifasi diri sendiri untuk
selalu berkasih sayang kepada semua ciptaan Allâh.
Jika seseorang tidak mengasihi terhadap yang lain
dengan berbagai bentuk perbuatan kebaikan, maka dia tidak akan mendapatkan
pahala saat di akhirat nanti. Allâh tidak akan melihat dengan pandangan yang
berkasih sayang. Kecuali hanya kepada orang yang di dalam hatinya memiliki rasa
kasih dan sayang terhadap yang lain, walaupun dia banyak melakukan amal shalih.
Kasih sayang dapat kita wujudkan dalam bentuk
berbuat baik kepada orang lain, baik itu sesama muslim maupun kepada orang non
muslim sekalipun. Dengan catatan berbuat baik dalam batasan-batasan tertentu
sesuai dengan syariat agama islam. Contoh konkrit yang Allâh perintahkan dalam
al-Qur’an adalah dengan menunaikan zakat, infaq, dan juga shadaqah atau amal
jariyah. Allâh berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman,
mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat
pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak
(pula) mereka bersedih hati.” (Q.S. al-Baqarah [2]: 277).
Allâh memerintahkan kepada orang-orang yang
beriman untuk menunaikan zakat. Bahakan dalam firman Allâh diatas, zakat
diperintahkan sejajar dengan perintah mendirikan sholat. Itu artinya sholat dan
zakat adalah fardhu ‘ain, yaitu kewajiban bagi setiap individu yang
beragama islam dan beriman. Perintah zakat besar maknanya, salah satunya ada
munculnya sifat saling menyayangi, kasih mengasihi, serta berbagi dengan orang
lain.
Kasih sayang pada hakikatnya dilakukan tidak
hanya kepada manusia saja, namun juga kepada yang lain. Seperti binatang,
pepohonan, atau lingkungan. Seperti halnya tidak menyakiti hewan peliharaan,
merawat binatang ternak dengan baik, menjaga tanaman atau tumbuh-tumbuhan agar dapat
tumbuh dan berkembang biak, menghemat penggunaan air, listrik, dan juga tidak
mencemari udara dengan polusi. Perbuatan-perbuatan itulah salah satu perwujudan
kasih dan sayang kepada yang lain.
Kasih sayang dalam sebuah keluarga akan
menciptakan sebuah keluarga yang sakinah mawaddah warahmah wa rabbun
ghafur. Kasih sayang dalam sebuah masyarakat sosial akan mewujudkan
tatanan masyarakat yang madani. Dan dalam lingkungan yang lebih luas
lagi, yaitu kasih sayang dalam hidup berbangsa dan bernegara akan menciptakan
sebuah negara yang gemah ripah loh jinawi. Dan apabila di dalam setiap
hati setiap muslim memiliki rasa kasih dan sayang, ukhuwah islamiah
bukan menjadi hal yang mustahil akan tercipta di muka bumi Allâh ini.
Dalam hal ini, secara tidak langsung orang-orang
yang didalam dirinya terdapat keimanan dan dalam perilakunya senantiasa beramal
sholeh akan ditanamkan dalam hatinya masing-masing rasa kasih dan sayang kepada
sesama dan yang lain. Allâh berfirman,“Sesungguhnya orang-orang yang
beriman dan beramal saleh, kelak Allâh Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam
(hati) mereka rasa kasih sayang.”(Q.S. Maryam [19] : 96).
Dalam diri manusia, terdapat kasih sayang yang
bersifat karakter yang telah Allâh tetapkan dari sejak awal pertama kalinya
manusia diciptakan. Hal tersebut dapat dirasakan dalam hatinya selalu dihiasi
dengan sikap yang lembut dan memiliki empati atau kepedulian kepada sesama.
Disamping yang bersifat bawaan sejak lahir atau disebut juga dengan karakter,
ada juga kasih sayang yang bersifat kebiasaan. Dapat diartikan bahwasanya kasih
dan sayang seseorang terhadap sesama dapat di latih melalui kebiasaan-kebiasaan
sehari-hari. Yang tentu saja di lakukan dengan dengan kesungguhan hati yang
kemudian dengan berjalannya waktu, kebiasaan-kebiasaan tersebut akan menjadi
karakter dari seseorang. Sifat dan sikap tersebut akan terlihat sebagai akhlaq
orang tersebut. Akhlaq yang selalu mengasihi dan menyayangi terhadap sesama dan
yang lain.
Dan satu hal yang pasti bagi muslim dengan
berakhlaq tersebut akan mendapatkan limpahan rahmat, nikmat, dan pahala disisi
Allâh. Begitu pula sebaliknya, apabila rasa saling mengasihi dan menyayangi
berubah menjadi sikap keras, acuh, dan kejam, pahala akan terhalangi. Pada
suatu hari, Rasululllah Muhammad shalallâhu alaihi wa sallam berbicara
di mimbarnya: ”Maukah aku kabarkan kepada kalian orang yang paling jahat di
antara kalian?” Tentu, ya, Rasul Allâh. ”Yang paling jahat di antara kalian
ialah yang makan sendirian, yang memukul orang (budak) yang berbakti kepadanya,
dan yang menolak pemberian.” ”Maukah aku beri tahukan yang lebih jahat dari
itu? Yang tidak menyelamatkan orang yang tergelincir dan tidak memaafkan orang
yang bersalah. Maukah aku beri tahukan orang yang paling jahat dari semuanya
itu?” Tentu, ya, Rasul Allâh. ”Yang membenci orang dan orang pun membencinya.”
Komentar
Posting Komentar